Saturday, February 23, 2008

Serahkan Pada Tuhan

Ini Adalah Artikel dari Blog Negara tetangga - Trims atas ijinnya Pak Ali

Di deretan ruko dekat rumah saya, ada satu warung makan manado – tapi halal, jo. Kadang-kadang saya makan di warung ini. Selain menu makanan yang disajikan yahuud dan reasonable price, warung ini juga punya satu ciri khas. Di dinding-dinding warung tersebut banyak digantung kata-kata inspirasional yang touchy.

Salah satu untaian kata yang digantung di dinding tersebut, bunyinya kurang lebih seperti ini :

“Saya pernah mempunyai harta kekayaan yang melimpah ruah dalam hidup ini, namun hanya yang sempat saya serahkan kepada Tuhan, yang akan menjadi milik saya yang abadi”

Coba Anda baca lagi pelan-pelan kalimat tersebut, dan betapa benarnya makna yang terkandung di dalamnya.

Saya jadi teringat kampung halaman saya, nun di sebuah pulau kecil di utara pulau Kalimantan. Sewaktu saya kecil semua rumah-rumah yang berada di pinggir jalan, saya kenal semua pemiliknya (saya sering dapat tugas mengundang tetangga untuk acara “selametan”). 25 tahun kemudian, ketika saya pulang mudik (walaupun saya mudik hampir tiap tahun), sebagaian besar rumah-rumah di pinggir jalan tersebut telah berpindah kepemilikan, termasuk rumah kakek saya, yang tergolong cukup besar pada waktu itu.

Bermacam-macam sebab rumah itu pindah menjadi milik orang lain. Ada yang terpaksa dijual karena pemiliknya menderita sakit dan butuh biaya besar untuk berobat. Ada yang disita dan kemudian dilelang negara, karena pemiliknya tidak mampu bayar utang. Ada yang dijual untuk biaya anak sekolah. Ada yang di jual, untuk dibagi-bagi uangnya oleh ahli waris, dan berbagai sebab serta alasan lain.

Saya juga jadi teringat dengan musibah Tsunami di Aceh yang menghancurkan harta kekayaan begitu banyak manusia, atau lumpur lapindo yang menenggelamkan begitu banyak kekayaan yang telah dengan susah payah dikumpulkan pemiliknya selama ini.

Benar, kita tidak pernah tahu apakah harta kekayaan kita yang kita miliki saat ini, selamanya akan menjadi milik kita. Apalah artinya 1 atau 2 rumah, plus mobil plus sawah, plus perusahaan, plus dll, dll yang saat ini kita miliki. Sedangkan Qarun saja, yang kunci gudang hartanya saja sampai diangkut beberapa ekor unta, saat ini musnah tak ada sedikit pun bekasnya, atau harta kekayaan kerajaan nabi Sulaiman, dimana semua harta itu saat ini.

Tapi, kalau kita sempat menyerahkan harta kita itu kepada atau di jalan Tuhan – dengan ikhlas tentunya – maka Tuhan menjamin ia akan abadi menjadi milik kita selamanya. Inilah yang mungkin dikatakan orang bijak, sebagai perbedaan antara harta dan amal kebaikan. Harta membuat kita repot menjaganya, sementara amal kebaikan, ia yang akan menjaga kita selamanya.

Ya, hanya yang sempat kita serahkan pada Tuhan...


Salam,
Muhammad Alidin

No comments:

Oke Zone Breaking News

Iklan

Check Page Rank of any web site pages instantly:
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service